Sex Linked Chomosome
Abnormalitas
Ada beberapa jenis kalainan yang terjadi karena kelainan
kromosom pada manusia diantaranya :
Sindrom Klinefelter
kelainan genetik pada laki-laki yang diakibatkan oleh
kelebihan kromosom X. Laki-laki normal memiliki kromosom seks berupa XY, namun penderita sindrom klinefelter umumnya
memiliki kromosom seks XXY. Penderita sindrom klinefelter akan mengalami infertilitas, keterbelakangan
mental, dan gangguan
perkembangan ciri-ciri fisik yang diantaranya berupa ginekomastia (perbesaran kelenjar susu dan berefek pada perbesaran payudara),
Sejarah
Laporan
pertama mengenai sindrom klinefelter dipublikasikan oleh Harry Klinefelter dan rekannya di Rumah Sakit Massachusetts, Boston. Ketika itu tercatat 9
pasien laik-laki yang memiliki payudara membesar, rambut pada tubuh dan
wajah sedikit, testis mengecil, dan ketidakmampuan memproduksi sperma. Pada akhir tahun 1950-an, para ilmuwan menemukan bahwa
sindrom yang dialami 9 pasian tersebut dikarenakan kromosom X tambahan pada
lelaki sehingga mereka memiliki kromosom XXY. Pada tahun 1970-an, para ilmuwan
menyatakan bahwa kelainan klinefelter merupakan salah satu kelainan genetik yang ditemui pada manusia, yaitu 1
dari 500 hingga 1 dari 1.000 bayi laki-laki yang dilahirkan akan menderita sindrom ini.
Penyebab
Kelebihan
kromosom X pada laki-laki terjadi karena terjadinya nondisjungsi meiosis (meiotic nondisjunction)
kromosom seks selama terjadi gametogenesis (pembentukan gamet) pada salah satu orang tua. Nondisjungsi meiosis adalah kegagalan sepasang kromosom
seks untuk memisah (disjungsi) selama proses meiosis terjadi. Akibatnya, sepasang
kromosom tersebut akan diturunkan kepada sel anaknya,sehingga terjadi kelebihan
kromosom seks pada anak. Sebesar 40% nondisjungsi meiosis terjadi pada ayah,
dan 60% kemungkinan terjadi pada ibu. Sebagian besar penderita sindrom
klinefelter memiliki kromosom XXY, namun ada pula yang memiliki kromosom XXXY,
XXXXY, XXYY, dan XXXYY
Mental
Anak
laki-laki dengan kromosom XXY cenderung memiliki kecerdasan intelektual IQ di bawah rata-rata anak normal. Sebagian penderita
klinefelter memiliki kepribadian yang kikuk, pemalu, kepercayaan diri yang rendah, ataupun aktivitas yang
dilakukan dibawah level rata-rata (hipoaktivitas). Pada sebagian penderita sindrom
ini juga terjadi autisme.[4] Hal ini terjadi karena
perkembangan tubuh dan neuromotor yang abnormal. Kecenderungan lain yang dialami penderita klinefelter
adalah keterlambatan dan kekurangan kemampuan verbal, serta keterlambatan kemampuan
menulis. Sifat tangan kidal juga lebih banyak ditemui pada
penderita sindrom ini dibandingkan dengan manusia normal. Pada pasien dewasa, kemampuan seksualnya lebih
tidak aktif dibandingkan laki-laki normal.
Fisik
Kiri: Gejala perbesaran payudara
(ginekomastia) salah satu ciri sindrom klinefelter.
Gejala klinis dari sindrom
klinefelter ditandai dengan perkembangan ciri-ciri seksual yang abnormal atau
tidak berkembang, seperti testis yang kecil dan aspermatogenesis
(kegagalan memproduksi sperma). Testis yang
kecil diakibatkan oleh sel germinal testis dan sel selitan
(interstital cell) gagal berkembang secara normal. Sel selitan
adalah sel yang ada di antara sel gonad dan dapat menentukan hormon seks pria.
Selain itu, penderita sindrom ini juga mengalami defisiensi atau kekurangan hormon androgen,
badan tinggi, peningkatan level gonadotropin,
dan ginekomastia.
Penderita klinefelter akan mengalami ganguan koordinasi gerak badan, seperti kesulitan mengatur keseimbangan, melompat, dan gerakan motor tubuh yang melambat.[6]
Dilihat dari penampakan fisik luar, penderita klinefelter memiliki otot yang
kecil, namun mengalami perpanjangan kaki dan lengan.
Pencegahan
Gejala klinefelter pada janin jarang
sekali terdeteksi, kecuali bila menggunakan deteksi sebelum-kelahiran (prenatal detection).
Sindrom ini kadang-kadang dapat diturunkan dari ayah penderita klinefelter ke
anaknya, oleh karena itu perlu dilakukan deteksi sebelum-kelahiran. Sebagian
kecil penderita klinefelter dapat tetap fertil dan
memiliki keturunan karena adanya mosaiksisme
(mosaicism), yaitu adanya campuran sel normal dan sel klinelfelter sehingga sel
normal tetap memiliki kemampuan untuk berkembang biak. Semakin cepat dideteksi,
penderita klinefelter dapat lebih cepat ditangani dengan terapi farmakologi dan terapi psikologi sebelum memasuki dunia sekolah. Tindakan pencegahan lain
yang harus dilakukan adalah uji kemampuan mendengar dan melihat, dan terapi
fisik untuk mengatasi masalah motorik dan
keterlambatan bicara. Terapi hormon testosteron pada usia 11-12 tahun merupakan salah satu tindakan
pencegahan keterbelakangan perkembangan karakteristik seksual sekunder pada
pria penderita klinefelter.
Fragile X Symdrom
Sindrome Fragile X. Kelainan ini
akibat adanya "cacat" pada kromosom X berupa patahan. Anak mengalami
keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan. Penting lho buat tau kelainan ini.
Yuk baca aja ya. Kalo ada kesulitan pemahaman, mohon komentnya aja...
Dalam
keadaan fisiologis, gen mangandung informasi yang digunakan sel untuk membuat
protein (minimal 1). Apabila terjadi perubahan pada gen maka sel tidak bisa
membuat protein yang akan digunakan tubuh, khususnya sel otak, untuk berkembang
dan berfungsi secara normal.
Pada
Sindroma Fragile X terjadi perubahan atau mutasi pada gen tunggal lengan
panjang kromosom X distal pada Xq27.3, yaitu pada gen Fragile X Mental
Retardation 1 (FMR 1). FMR 1 digunakan untuk membentuk FMRP (Fragile X Mental
Retardation Protein). Pada hasil penelitian hewan percobaan, FMRP diperkirakan
berperan dalam regulasi komunikasi di antara sel dan menjaganya agar tetap
terkontrol. Bila terjadi mutasi FMR 1 akan menyebabkan gangguan pada sintesisi
FMRP. Bila kadar FMRP turun namun kadarnya mendekati normal, maka gejala yang
ada akan lebih ringan atau bahkan tidak ada. Bila kadarnya jauh dari normal
atau bahkan sama sekli tidka terbentuk FMRP akan menimbulkan gejala berat. Hal
inilah yang menyebabkan retardasi mental.
Pada
gen terdapat dua macam area, yaitu promoter region sebagai introduction dan
selanjutnya instruction untuk membuat protein. Normalnya fragmen gen terdiri
dari sekitar 2800 trinukleotida pasangan basa berulang. Di daerah promotor
region gen FMR 1 terdapat pengulangan basa CGG (Cytosine-Guanine-Guanine). CGG
ini bertugas untuk mengontrol aktivitas gen pada pembentukan FMRP. Normalnya
pengulangan CGG sebanyak 6-40 (rata-rata 30). Bila meningkat sebanyak 55-200
pengulangan dinamakan kondisi pre-mutasi. Bila meningkat melebihi 200
pengulangan dinamakan full-mutasi yang akan mengakibatkan inaktivasi gen.
proses ini dinamakan metilasi. Sel akan sedikit atau bahkan tidak bisa
memproduksi FMRP.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi banyaknya FMRP diproduksi:
1.
Jumlah pengulangan CGG
2.
Karena “mosaic”, keadaan di mana sel ada yang mengalami pengulangan basa CGG di
promotor FMR 1 lebih dari 200 atau full-mutasi, dan sel yang lain hanya
mengalami pre-mutasi sehingga masih bisa memproduksi FMRP dan tidak terjadi
proses metilasi.
3.
Karena faktor wanita (XX)
Pada wanita dapat ditemukan 1 gen
normal FMR 1 dan 1 mutasi gen FMR 1 sehingga FMRP masih dapat diproduksi,
sehingga gejala yang ditemukan akan lebih ringan.
Pola pewarisan Sindroma Fragile X
Pada keturunannya, yang timbul
adalah kondisi pre-mutasi.
Namun bila pewarisan berasal dari
pihak ibu (wanita), premutasi bersifat tidak stabil dan dapat mengembang
melewati beberapa generasi. Berangsur-angsur ukurannya meningkat bila
diwariskan oleh wanita tapi tetap sama jika diwariskan oleh laki-laki.
Tanda dan gejala
a.
Inteligensi dan Learning
Lebih dari
80 % laki-laki dengan Sindroma Fragile X memiliki IQ ≤ 75, selebihnya (kurang
dari 20 %) menpunyai IQ rata-rata 85-115. Pada perempuan tingkat intelegensinya
bervariasi yaitu berupa penurunan mental, ketidakmampuan belajar dan IQ yang
normal. Penderita laki-laki Sindroma Fragile X memiliki IQ 40-85. Pada
perempuan dengan full mutasi perkembangan kognitif/learning disability relative
normal pada beberapa area. Misalnya penderita dengan IQ normal tapi tidak bisa
mengerjakan matematika.
Penderita
Sindroma Fragile X memiliki memori yang baik dalam hal visual (gambar) untuk
belajar huruf dan kata. Penderita juga dapat mengikuti instruksi yang
disampaikan melalui gambar. Hanya saja penderita tidak bisa berpikir atau ide
abstrak, organizing information, perencanaan
dan pemecahan masalah. Pada intinya, penderita mampu belajar dan bekerja, hanya
saja lebih memerlukan banyak waktu untuk belajar atau metode pembelajaran
khusus.
b.
Fisik
Pada bayi
dan anak jarang tampak kelainan, hanya berupa dahi yang lebar dan kepala yang
lebih besar dari normal. Menginjak usia pubertas, mulai tampak perubahan
seperti muka panjang, telinga besar, perawakan lebih pendek, makroorchidism
(pembesaran testis), kehilangan flexibilitas sendi, hernia, infeksi telinga
tengah serta kelainan konektif tissue yang mengakibatkan murmur jantung. Pada
usia lanjt terjadi tremor dan gangguan berjalan. Pada perempuan khususnya,
terjadi Premature Ovarian Failure
(POF) yaitu fungsi ovarium berhenti sebelum menopause (kurang dari 40 tahun).
Bila dibandingkan, POF terjadi lebih dini pada penderita perempuan dengan
pre-mutasi daripada penderita perempuan dengan full-mutasi.
c.
Sosial dan emosional
Penderita
merasa tidak nyaman dengan situasi baru, berjumpa dengan orang baru dan
melakukan hal baru. Kecemasan kegugupannya akan ditunjukkan dengan menghindari
tatap mata dan bicara dengan cepat. Ia akan mudah terstimulus oleh suara,
dengan respon berupa kaku, menangis melakukan aksi berulang-ulang, menggigit
diri, marah dan menyerang.
d.
Bicara dan bahasa
Penderita
akan mengucap kata berulang-ulang, bertanya pertanyaan yang sama
berulang-ulang, bicara terlalu cepat dan volume bicara yang tinggi.
e.
Sensori
Penderita
sensitive akan suara keras, keributan, peka dengan suara rendah, sentuhan dan
pelukan. Penderita juga mengalami kesulitan untuk belajar duduk, berdiri, jalan
atau mengendarai sepeda.
Kelainan-kelainan yang berkaitan
dengan Sindroma Fragile X
1.
Autism
Ditemukan pada sebagian besar
penderita Sindroma Fragile X laki-laki dan 1/3 penderita perempuan. Pada
penderita autis, hanya 4 % yang ditemukan adanya mutasi gen FMR 1 pada kromosom
X.
2.
Attention Deficit Disorder (ADD) / Attention Deficit Hiperactivity Disorder
(ADHD)
80-90 % penderita laki-laki dan
35-47 % penderita perempuan ditemukan gangguan pemusatan perhatian.
3.
Kelainan connective tissue
4.
Kejang ditemukan pada 20 % penderita Sindroma Fragile X.
5.
POF
Penatalaksanaan
Tidak
ada pengobatan definitive untuk Sindroma Fragile X. namun semain dini
intervensi yang diberikan akan semakin besar kesempatan untuk belajar.
a.
Educational options
Tujuan pembelajaran khusus dan
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
1.
Full inclusion in a regular classroom
Penderita
menghabiskan waktu seharian di kelas regular dengan penderita lain dan dididik
oleh spesialis jiwa.
2.
Inclusion with “pull-out” services
Sebagian
besar waktu dihabiskan di kelas regular dan sisanya menghadiri kelas grup kecil
dengan satu atau lebih spesialis jiwa seperti terapi bahasa-bicara atau terapi
fisik.
3.
Full time, special education classroom
Kelas
pendidikan khusus kecil yang jumlahnya lebih sedikit dan lebih terpusat pada
perhatian individu.
b.
Therapeutics options
1.
Speech-language therapy
Memperbaiki
pelafalan kata dan kalimat, melambatkan bicara, menggunakan bhasa lebih
efektif, komunikasi non verbal
2.
Occupational therapy
Terapi
membantu mengidentifikasi pekerjaan/karir/keterampilan yang sesuai dengan minat
dan kemampuan mereka. Misalnya dengan membuat design computer atau pensil atau
mouse yang lebih mudah digunakan bagi penderita
3.
Terapi fisik
Aktivitas
dan latihan untuk membangun control motorik dan meningkatkan keseimbangan.
4.
Terapi tingkah laku
Mengidentifikasi
mengapa anak bersifat negative dengan lingkungannya dan mencari cara mencegah
situasi distress.
c.
Medications options
Mengobati gejala
Penegakan Diagnosis
Screening untuk:
1.
Penderita Retardasi Mental dengan penyebab tidak diketahui, adaya keterlambatan
perkembangan, disability learning
2.
Penderita autism atau perilaku seperti autism
3.
Penderita yang sebelumnya diduga Sindrom Fragile X dengan tes kromosom
4. Wanita dengan POF atau
riwayat keluarga dengan POF
Tes meliputi:
1.
Tes DNA molecular yaitu menghitung jumlah pengulangan CGG pada promotor region
gen FMR 1 dan mengecek apakah telah terjadi metilasi atau tidak. Tes ini
mencakup Southern Blot dan Polymerase Chain Reaction (PCR)
2.
Tes Kromosom
Mencari area rapuh pada koromom X
dengan menggunakan mikroskop
3.
Tes Protein
Mengukur jumlah FMRP yang diproduksi
sel normal.
Untuk
prenatal test menggunakan sampel cairan amnion melalui amniostomi atau dengan
sel plasenta (chorionic villus sampling) dan dites dengan tes-tes diatas.
Pencegahan
terhadap prevalensi Sindroma Fragile X masih dikembangkan yaitu dengan cara:
- Gene
repair, gene reactivation, dan terapi gen. tujuannya adalah mencegah
terjadinya proses metilasi, diupayakan dengan cara memasukkan substansi
kimia tertentu ke otak yang diharapkan dapat mengobati defek pada gen
FMR1.
- Protein
replacement, yaitu dengan mambuat FMRP sintesis
- Protein
substitute trough medication, menggantikan peran FMRP dengan substansi
lain.
Turner Symdrom
Sindrom Turner atau Ullrich-sindrom Turner
(juga dikenal sebagai "disgenesis gonad") meliputi beberapa kondisi,
yang monosomi X (tidak adanya kromosom seks seluruh) adalah yang paling umum.
Ini adalah kelainan kromosom di mana semua atau bagian dari salah satu kromosom
seks tidak ada (manusia tidak terpengaruh memiliki 46 kromosom, dimana 2 adalah
kromosom seks). Khas perempuan memiliki 2 kromosom X, tapi dalam sindrom
Turner, salah satu kromosom seks hilang atau memiliki kelainan lainnya. Dalam
beberapa kasus, kromosom hilang hadir dalam beberapa sel tetapi tidak yang
lain, suatu kondisi yang disebut sebagai mosaicism atau 'Turner mosaicism'. Terjadi pada 1 dari setiap 2.500 anak perempuan, sindrom memanifestasikan dirinya dalam beberapa cara. Ada kelainan fisik karakteristik, seperti perawakan pendek, pembengkakan, dada lebar, garis rambut rendah, rendah-set telinga, dan leher berselaput. Anak perempuan dengan sindrom Turner biasanya mengalami disfungsi gonad (ovarium tidak bekerja), yang mengakibatkan amenore (tidak adanya siklus menstruasi) dan kemandulan. Masalah kesehatan Concurrent juga sering hadir, termasuk penyakit jantung bawaan, hipotiroidisme (sekresi hormon tiroid berkurang), diabetes, masalah penglihatan, masalah pendengaran, dan banyak penyakit autoimun lainnya. Akhirnya, pola tertentu defisit kognitif sering diamati, dengan kesulitan tertentu dalam visuospatial, matematika, dan daerah memori.
Sindrom
Turner Gejala
Gejala umum dari sindrom Turner meliputi: - Perawakan pendek
- Lymphedema (pembengkakan) dari tangan dan kaki
- Luas dada (dada''''perisai) dan luas-spasi puting
- Rambut Rendah
- Rendah-set telinga
- Reproduksi sterilitas
- Rudimenter streak gonad ovarium (struktur gonad
belum berkembang)
- Amenore, atau tidak adanya periode menstruasi
- Peningkatan berat badan, obesitas
- Perisai berbentuk jantung dada
- Dipersingkat metakarpal IV (tangan)
- Kuku kecil
- Karakteristik wajah fitur
- Berselaput leher dari hygroma kistik pada bayi
- Coarctation aorta
- Miskin perkembangan payudara
- Horseshoe ginjal
- Visual gangguan sklera, kornea, glaukoma, dll
- Infeksi telinga dan gangguan pendengaran
Faktor
Risiko Sindrom Turner
Faktor risiko sindrom Turner tidak dikenal. Nondisjunctions meningkat dengan
usia ibu, seperti untuk sindrom Down, tapi efek yang tidak jelas untuk sindrom
Turner. Hal ini juga diketahui jika ada hadiah predisposisi genetik yang
menyebabkan kelainan, meskipun sebagian besar peneliti dan dokter yang
mengobati wanita Turner setuju bahwa ini adalah sangat tidak mungkin. Saat ini tidak ada penyebab dikenal untuk sindrom Turner, meskipun ada beberapa teori seputar subjek. Satu-satunya fakta yang solid yang dikenal saat ini, adalah bahwa selama konsepsi sebagian atau seluruh kromosom seks kedua tidak ditransfer ke janin.
Sindrom
Turner Insiden
Sekitar 98 persen dari semua janin dengan hasil sindrom Turner di keguguran.
Sindrom Turner menyumbang sekitar 10 persen dari jumlah aborsi spontan di
Amerika Serikat. Kejadian sindrom Turner pada kelahiran perempuan hidup diyakini
1 di 2500.
Sindrom
Turner Sejarah
Sindrom ini dinamai setelah Henry Turner, seorang endokrinologi Oklahoma,
yang digambarkan pada tahun 1938. Di Eropa, ini sering disebut sindrom
Turner Ullrich-atau bahkan Bonnevie-Ullrich-sindrom Turner
untuk mengakui bahwa kasus-kasus sebelumnya juga telah dijelaskan oleh para
dokter Eropa. Laporan pertama yang diterbitkan atas seorang wanita dengan 45, kariotipe X adalah pada tahun 1959 oleh Dr Charles Ford dan rekan di Rumah Sakit Harwell dan Guy di London. Ini ditemukan di seorang gadis 14 tahun dengan tanda-tanda sindrom Turner.
Diagnosis
Sindrom Turner
Sindrom Turner dapat didiagnosis dengan amniosentesis selama kehamilan.
Kadang-kadang, janin dengan sindrom Turner diidentifikasi oleh temuan USG
abnormal (cacat jantung yaitu, kelainan ginjal, hygroma kistik, asites).
Meskipun risiko kekambuhan tidak meningkat, konseling genetik sering
direkomendasikan bagi keluarga yang memiliki kehamilan atau anak dengan sindrom
Turner. Tes, yang disebut kariotipe atau analisis kromosom, analisis komposisi kromosom individu. Ini adalah tes pilihan untuk mendiagnosis sindrom Turner.
Sindrom
Turner Prognosis
Sementara sebagian besar temuan fisik dalam sindrom Turner tidak berbahaya,
akan ada masalah medis signifikan yang terkait dengan sindrom.
Kardiovaskular
Price et al. (1986 studi 156 pasien wanita dengan sindrom Turner)
menunjukkan jumlah signifikan lebih besar kematian akibat penyakit pada sistem
peredaran darah dari yang diharapkan, setengah dari mereka karena penyakit
jantung bawaan coarctation-kebanyakan preductal aorta. Ketika pasien dengan
penyakit jantung bawaan dihilangkan dari sampel penelitian, tingkat kematian
dari gangguan peredaran darah tidak meningkat secara signifikan. Malformasi kardiovaskular menjadi keprihatinan yang serius karena merupakan penyebab kematian paling umum pada orang dewasa dengan sindrom Turner. Dibutuhkan bagian penting dalam peningkatan 3 kali lipat dalam mortalitas secara keseluruhan dan harapan hidup berkurang (sampai 13 tahun) yang berhubungan dengan sindrom Turner.
Menyebabkan
Menurut Sybert, 1998 data tidak memadai untuk memungkinkan kesimpulan
tentang korelasi fenotipe-kariotipe berkenaan dengan malformasi kardiovaskular
pada sindrom Turner karena jumlah individu yang dipelajari dalam
kelompok-kelompok kariotipe kurang umum terlalu kecil. Studi lain juga
menunjukkan adanya mosaicisms tersembunyi yang tidak didiagnosis pada analisis
karyotypic biasa pada beberapa pasien dengan 45, kariotipe X. Sebagai kesimpulan, hubungan antara karakteristik kariotipe dan fenotipik, termasuk malformasi kardiovaskular, tetap dipertanyakan.
Prevalensi malformasi kardiovaskular
Prevalensi malformasi kardiovaskular antara pasien dengan sindrom Turner
berkisar dari 17% (Landin-Wilhelmsen et al., 2001) menjadi 45% (Dawson et
al-Falk., 1992). Variasi ditemukan dalam studi yang berbeda terutama disebabkan variasi dalam metode non-invasif yang digunakan untuk skrining dan jenis lesi yang mereka dapat mencirikan (Ho et al., 2004). Namun Sybert, 1998 menunjukkan bahwa itu bisa saja disebabkan oleh sejumlah kecil mata pelajaran dalam studi yang paling.
Kariotipe yang berbeda mungkin memiliki perbedaan prevalensi malformasi kardiovaskular. Dua penelitian menemukan prevalensi malformasi kardiovaskular 30% dalam kelompok murni 45, X monosomi. Namun mengingat kelompok kariotipe lain, mereka melaporkan prevalensi 24,3% yang dapat menyebabkan disfungsi katup progresif sebagaimana dibuktikan oleh stenosis aorta atau regurgitasi.
Dengan prevalensi dari 12,5% menjadi 17,5% (Dawson et al-Falk., 1992), bikuspid katup aorta adalah kelainan bawaan yang paling umum yang mempengaruhi jantung pada sindrom ini. Hal ini biasanya terisolasi namun dapat dilihat dalam kombinasi dengan anomali lain, terutama coarctation dari aorta.
Coarctation dari aorta. Antara 5% dan 10% dari mereka yang lahir dengan sindrom Turner memiliki coarctation dari aorta, penyempitan bawaan dari aorta menurun, biasanya hanya distal asal arteri subklavia kiri dan berlawanan dengan duktus (dan begitu disebut "juxtaductal").
Perkiraan prevalensi ini malformasi pada pasien dengan sindrom Turner berkisar dari 6,9%
Dalam pengelolaan pasien dengan sindrom Turner adalah penting untuk diingat bahwa sisi kiri malformasi kardiovaskular dalam hasil sindrom Turner di peningkatan kerentanan terhadap endokarditis bakteri. Oleh karena itu antibiotik profilaksis harus dipertimbangkan ketika prosedur dengan risiko tinggi endokarditis dilakukan, seperti membersihkan gigi.
- Allen et al, 1986. Yang mengevaluasi 28 anak perempuan
dengan sindrom Turner, menemukan aorta secara signifikan lebih besar
berarti diameter akar pada pasien dengan sindrom Turner dibandingkan
dengan kelompok kontrol (cocok untuk daerah permukaan tubuh). Meskipun
demikian, diameter akar aorta ditemukan pada pasien sindrom Turner masih
baik dalam batas-batas.
- Ini telah dikonfirmasi oleh studi Dawson et
al-Falk, 1992. Yang mengevaluasi 40 pasien dengan sindrom Turner. Mereka
disajikan pada dasarnya temuan yang sama: aorta berarti diameter akar
lebih besar, yang tetap masih dalam kisaran normal untuk wilayah permukaan
tubuh.
Prevalensi
kelainan aorta
Prevalensi dilatasi aorta berkisar dari 8,8% Diseksi aorta mempengaruhi 1% sampai 2% pasien dengan sindrom Turner. Akibatnya setiap dilatasi aorta harus serius diperhitungkan karena bisa menjadi diseksi aorta fatal. Pengawasan rutin sangat dianjurkan.
Reproduksi
Perempuan dengan sindrom Turner hampir secara universal subur. Sementara beberapa wanita dengan sindrom Turner telah berhasil menjadi hamil dan membawa kehamilan mereka untuk istilah, ini sangat langka dan biasanya terbatas pada mereka wanita yang tidak kariotipe 45, X. Bahkan ketika kehamilan seperti itu memang terjadi, ada yang lebih tinggi dari rata-rata risiko keguguran atau cacat lahir, termasuk Sindrom Turner atau Sindrom Down. Beberapa wanita dengan sindrom Turner yang tidak mampu untuk hamil tanpa intervensi medis mungkin dapat menggunakan perawatan kesuburan IVF atau lainnya.
Biasanya terapi pengganti estrogen digunakan untuk memacu pertumbuhan karakteristik seksual sekunder pada saat pubertas harus onset. Sementara perempuan sangat sedikit dengan Sindrom Turner menstruasi spontan, terapi estrogen memerlukan reguler penumpahan lapisan rahim ("perdarahan penarikan") untuk mencegah pertumbuhan berlebih nya. Penarikan perdarahan dapat diinduksi bulanan, seperti menstruasi, atau kurang sering, biasanya setiap tiga bulan, jika keinginan pasien. Terapi estrogen tidak membuat wanita dengan ovarium nonfunctional subur, tetapi memainkan peran penting dalam reproduksi dibantu, kesehatan rahim harus dipertahankan dengan estrogen jika seorang wanita yang memenuhi syarat dengan Sindrom Turner ingin menggunakan IVF.
Sindrom
Turner Pengobatan
Sebagai kondisi kromosom, tidak ada obat untuk sindrom Turner. Namun, banyak
yang dapat dilakukan untuk meminimalkan gejala. Sebagai contoh: - Hormon pertumbuhan, baik sendiri atau dengan
dosis rendah androgen, akan meningkatkan pertumbuhan dan tinggi dewasa
mungkin akhir. Hormon pertumbuhan disetujui oleh US Food and Drug
Administration untuk pengobatan sindrom Turner dan ditutupi oleh banyak
rencana asuransi. Ada bukti bahwa ini efektif, bahkan pada balita.
- Terapi penggantian estrogen telah digunakan sejak kondisi digambarkan pada tahun 1938 untuk mempromosikan perkembangan karakteristik seksual sekunder. Estrogen sangat penting untuk menjaga integritas tulang yang baik dan kesehatan jaringan.
XYY Syimdrom
Sindroma XYY
Definisi
Pada sindroma XYY, seorang bayi laki-laki terlahir dengan kelebihan kromosom Y.
Pria biasanya hanya memiliki 1 kromosom X dan 1 kromosom Y, digambarkan sebagai 46,XY.
Pria dengan sindroma XYY memiliki 2 kromosom Y dan digambarkan sebagai 47,XYY.
Definisi
Pada sindroma XYY, seorang bayi laki-laki terlahir dengan kelebihan kromosom Y.
Pria biasanya hanya memiliki 1 kromosom X dan 1 kromosom Y, digambarkan sebagai 46,XY.
Pria dengan sindroma XYY memiliki 2 kromosom Y dan digambarkan sebagai 47,XYY.
Kelainan ini ditemukan pada 1 diantara 1.000 pria.
Jumlah kromosom pada pria & wanita
Penyebab
Penyebab dari penyimpangan kromosom yang menyebabkan terbentuknya sindroma XYY tidak diketahui.
Gejala
Pada saat lahir, bayi biasanya tampak normal, lahir dengan berat dan panjang badan yang normal, tanpa kelainan fisik dan organ seksualnya normal.
Pada awal masa kanak-kanak, penderita memiliki kecepatan pertumbuhan yang pesat, rata-rata mereka memiliki tinggi badan 7 cm diatas normal.
Postur tubuhnya normal, tetapi berat badannya relatif lebih rendah jika dibandingkan terhadap tinggi badannya.
Pada masa kanak-kanak, mereka lebih aktif dan cenderung mengalami penundaan kematangan mental, meskipun fisiknya berkembang secara normal dan tingkat kecerdasannya berada dalam kisaran normal.
Di sekolah, mereka cenderung mengalami masalah belajar.
Aktivitas yang tinggi dan gangguan belajar akan menimbulkan masalah di sekolah sehingga perlu diberikan pendidikan ekstra.
Perkembangan seksual fisiknya normal, dimana organ seksual dan ciri seksual sekundernya berkembang secara normal. Pubertas terjadi pada waktunya.
Pria XYY tidak mandul, mereka memilki testis yang berukuran normal serta memiliki potensi dan gairah seksual yang normal.
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan analisa kromosom.
Pengobatan
Anak laki-laki dengan sindroma XYY seirngkali secara fisik lebih aktif daripada saudara kandungnya dan jika aktivitas ini ditanggapi dan disalurkan dengan baik, biasanya tidak akan menimbulkan masalah.
Mereka cenderung mengalami keterlambatan dalam kematangan emosi dan cenderung mengalami kesulitan belajar di sekolah sehingga perlu dirangsang secara dini dan adekuat.
Pria XYY memiliki keadaan hormon seks yang normal dan tidak perlu menjalani terapi hormonal.
Anak laki-laki XYY yang tumbuh di dalam lingkungan yang baik, dengan cinta, dukungan dan rangsangan yang mereka perlukan, tidak akan mengalami kelainan jiwa.
Pria XYY yang tumbuh dalam lingkungan yang jelek, tanpa cinta, rangsangan dan dukungan, memiliki resiko mengalami kelainan jiwa dan gangguan dalam bersosialisasi; tetapi mereka tidak memiliki resiko menderita skizofrenia, kelainan manik-depresif maupun kelainan jiwa yang serius lainnya. Mereka bisa dibantu melalui penyuluhan dan pengobatan psikolog-psikiater.
Jumlah kromosom pada pria & wanita
Penyebab
Penyebab dari penyimpangan kromosom yang menyebabkan terbentuknya sindroma XYY tidak diketahui.
Gejala
Pada saat lahir, bayi biasanya tampak normal, lahir dengan berat dan panjang badan yang normal, tanpa kelainan fisik dan organ seksualnya normal.
Pada awal masa kanak-kanak, penderita memiliki kecepatan pertumbuhan yang pesat, rata-rata mereka memiliki tinggi badan 7 cm diatas normal.
Postur tubuhnya normal, tetapi berat badannya relatif lebih rendah jika dibandingkan terhadap tinggi badannya.
Pada masa kanak-kanak, mereka lebih aktif dan cenderung mengalami penundaan kematangan mental, meskipun fisiknya berkembang secara normal dan tingkat kecerdasannya berada dalam kisaran normal.
Di sekolah, mereka cenderung mengalami masalah belajar.
Aktivitas yang tinggi dan gangguan belajar akan menimbulkan masalah di sekolah sehingga perlu diberikan pendidikan ekstra.
Perkembangan seksual fisiknya normal, dimana organ seksual dan ciri seksual sekundernya berkembang secara normal. Pubertas terjadi pada waktunya.
Pria XYY tidak mandul, mereka memilki testis yang berukuran normal serta memiliki potensi dan gairah seksual yang normal.
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan analisa kromosom.
Pengobatan
Anak laki-laki dengan sindroma XYY seirngkali secara fisik lebih aktif daripada saudara kandungnya dan jika aktivitas ini ditanggapi dan disalurkan dengan baik, biasanya tidak akan menimbulkan masalah.
Mereka cenderung mengalami keterlambatan dalam kematangan emosi dan cenderung mengalami kesulitan belajar di sekolah sehingga perlu dirangsang secara dini dan adekuat.
Pria XYY memiliki keadaan hormon seks yang normal dan tidak perlu menjalani terapi hormonal.
Anak laki-laki XYY yang tumbuh di dalam lingkungan yang baik, dengan cinta, dukungan dan rangsangan yang mereka perlukan, tidak akan mengalami kelainan jiwa.
Pria XYY yang tumbuh dalam lingkungan yang jelek, tanpa cinta, rangsangan dan dukungan, memiliki resiko mengalami kelainan jiwa dan gangguan dalam bersosialisasi; tetapi mereka tidak memiliki resiko menderita skizofrenia, kelainan manik-depresif maupun kelainan jiwa yang serius lainnya. Mereka bisa dibantu melalui penyuluhan dan pengobatan psikolog-psikiater.
Sumber : http://hidayahseeker.multiply.com/journal/item/22/Yuk_kenalan_dengan_Sindrome_Fragile_X
id.wikipedia.org/wiki/Sindrom_Klinefelter
indonesiaindonesia.com/f/12962-sindroma-xyy/
http://www.google.co.id/imgres?um=1&hl=en&tbo=d&biw=1024&b